PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dari tahun ke tahun bertambah maju dan
berkembang sangat pesat yang ditandai dengan berbagai penemuan. Kemajuan IPTEK
tersebut, juga berpengaruh terhadap kemajuan teknologi pada subsektor peternakan.
Perkembangan IPTEK di bidang reproduksi dan bioteknologi ternak misalnya telah memberikan
dampak kemajuan di subsektor peternakan terutama dalam meningkatkan produktivitas
ternak. Di negara maju telah lama di kembangkan teknologi reproduksi Inseminasi
Buatan (Artificial Insemination), Transfer Embrio (Transfer Embryo),
yang kemudian terus berkembang ke teknologi prosessing semen (pemisahan
spermatozoa X dan Y), Fertilisasi In Vitro (In Vitro Fertilization),
teknologi Preservasi dan Criopreservasi gamet (spermatozoa dan
ova) dan embrio. Saat ini sedang dikembangkan teknologi rekayasa genetik untuk
menghasilkan klon-klon ternak unggul yang meliputi transfer gen, pemetaan
genetik, cloning dan chimera.
Penemuan-penemuan
teknologi di bidang reproduksi ternak tersebut dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi masalah-masalah dan tantangan yang dihadapi subsektor peternakan
terutama dalam meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak baik
secara kualitas maupun kuantitas.
Pemisahan
spermatozoa X dan Y merupakan salah satu kemajuan teknologi di bidang
peternakan yang dapat membantu meningkatkan
populasi, produksi dan produktivitas ternak baik secara kualitas maupun
kuantitas.
Sexing atau pemisahan sperma adalah kegiatan
yang bertujuan untuk memisahkan spermatozoa yang membawa sifat kelamin jantan
dengan betina. Teknologi ini bertujuan untuk menjawab tingginya permintaan
peternak terhadap pedet atau anak sapi jantan potong karena harga jualnya yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak betina. Sedangkan khusus untuk
bangsa sapi penghasil susu atau Frisian Holand (FH), benih yang diminamati
adalah yang betina (Anonim, 2009 (a)).
Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui tujuan
pemisahan spermatozoa pada ternak
2.
Untuk mengetahui metode
pemisahan spermatozoa yang sering digunakan
3.
Untuk mengetahui perbedaan
antara spermatozoa X dan spermatozoa Y
Manfaat
Penyusunan
makalah ini diharapakan bermanfaat bagi masyarakat ilmiah, khususnya
mahasiswa/mahasiswi Fapet dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk
menerapkan pemanfaatan bioteknologi reproduksi.
PEMBAHASAN
Teknologi Prosessing Semen
Pemanfaatan teknologi sexing spermatozoa
merupakan salah satu pilihan yang tepat dalam rangka peningkatan efisiensi
reproduksi ternak yang mampu meningkatkan efisiensi usaha peternakan baik dalam
skala peternakan rakyat maupun dalam skala peternakan komersial. Salah satu
sasaran dalam bidang reproduksi ternak adalah memproduksi anak yang mempunyai
jenis kelamin sesuai dengan keinginan peternak.
Sebagai contoh, peternak sapi perah
lebih mengharapkan sapi betina dari suatu kelahiran daripada sapi jantan, sebaliknya
peternak sapi potong lebih mengharapkan kelahiran sapi jantan dari pada sapi
betina. Berbagai penelitian yang telah dilakukan untuk mengontrol jenis kelamin
anak ternak dari suatu kelahiran agar sesuai dengan keinginan peternak.
Penelitian dimulai dengan pengkondisian saluran reproduksi ternak betina agar
lingkungan itu menjadi lebih baik bagi spermatozoa X daripada spermatozoa Y
atau sebaliknya. Selanjutnya pemisahan spermatozoa X dan spermatozoa Y sebelum
dilakukan IB atau IVF (In Vitro Fertilization).
Keberadaan spermatozoa dalam proses
pembentukan jenis kelamin pada kebanyakan makhluk hidup khususnya mamalia,
mempunyai arti penting, karena spermatozoa menentukan jenis kelamin seekor
ternak. Proses ini melibatkan penggabungan antara kromosom seks yang dibawa
oleh spermatozoa dan kromosom seks yang dibawa oleh ovum (sel telur).
Berdasarkan kromosom seks yang dibawanya, spermatozoa pada mamalia dapat
dibedakan atas spermatozoa pembawa kromosom X (spermatozoa X) dan spermatozoa
pembawa kromosom Y (spermatozoa Y).
Dalam suatu perkawinan, apabila
spermatozoa Y yang berhasil membuahi telur, anak yang akan dilahirkan adalah jantan, dengan komposisi kromosom
secara normal yaitu XY. Hal ini
terjadi karena dalam proses pembentukan jenis kelamin, spermatozoa Y yang
mengandung gen Testis Determining Factor (tidak dimiliki oleh
spermatozoa X) akan mengarahkan pertumbuhan gonad primordial untuk
membentuk testes. Selanjutnya, testes (sel-sel Sertoli) akan
menghasilkan hormon Anti Mullerian Duct factor yang dapat
meregresi pertumbuhan Mullerian duct, sehingga saluran reproduksi betina
(oviduct, uterus, cervix dan vagina) tidak terbentuk. Selain itu,
testes (sel-sel Leydig) juga mensekresikan hormon testosteron yang
menyebabkan maskulinisasi pada foetus dan membantu dalam proses
pembentukan penis dan scrotum serta merangsang pertumbuhan Wollfian
duct untuk membentuk epididymus, vas deferens, dan seminal
vesicle. Sebaliknya jika spermatozoa X yang berhasil membuahi sel telur,
maka akan dilahirkan anak betina dengan
komposisi kromosom yang normal, yaitu XX.
Ketidakhadiran gen testes determining
factor akan menyebabkan gonad primordial berubah menjadi ovarium.
Selanjutnya ovarium (sel-sel granulosa dan sel-sel theca) akan
mensekresesikan hormon estrogen yang merangsang pertumbuhan Mullerian
duct untuk membentuk saluran reproduksi betina (Gilbert, 1988 dalam Saili
dkk., 1998).
Pemisahan Spermatozoa
Beberapa metode pemisahan spermatozoa yang
dapat dilakukan adalah menggunakan kolom albumin, kecepatan sedimentasi,
sentrifugasi dengan gradient densitas percoll, motilitas dan
pemisahan elektroforesis, isoelectric focusing, teknik manipulasi
hormonal, H-Y antigen, flow sorting, dan metode penyaringan
menggunakan kolom Sephadex. Metode yang dianggap paling valid diantara
beberapa metode tersebut adalah metode kolom albumin dan metode penyaringan
menggunakan kolom Shepadex (Saili dkk., 1998).
Perbedaan potensial antara spermatozoa
X dan Y adalah kandungan DNA, sensitivitas pH dan perbedaan morphologi kepala
serta motilitas. Perbedaan yang utama adalah kontribusi dari kromosom
seksnya, yaitu spermatozoa X mengandung kromatin lebih banyak pada inti
spermatozoa yang terdapat dalam kepalanya, sehingga ukuran kepala spermatozoa X
lebih besar. Spermatozoa Y ukuran kepalanya kepalanya lebih kecil, lebih ringan
dan lebih pendek dibandingkan spermatozoa X, sehingga spermatozoa Y lebih cepat
dan lebih banyak bergerak serta kemungkinan mengandung materi genetik dan DNA
lebih sedikit dibandingkan dengan spermatozoa X.
Pemisahan Spermatozoa dengan Metode
Kolom Bovine Serum Albumin (BSA). Pemisahan spermatozoa X dan Y dengan
menggunakan metode kolom yang mengandung larutan BSA didasarkan pada perbedaan motilitas
(kecepatan pergerakan) antara spermatozoa X dan Y dalam menembus larutan
yang mengandung BSA.
Pemisahan spermatozoa dilakukan dengan
cara memasukan sampel semen ke dalam kolom yang berisi larutan BSA. Kolom yang
digunakan dilengkapi dengan kran pada masing-masing bagian (atas dan bawah) untuk
memudahkan pengambilan semen pada setiap bagian proses pemisahan. Sedangkan
larutan BSA yang digunakan mengandung campuran Tris (hydroxy-methyl
aminomethan), asam sitrat, fruktosa, BSA dan aquades. Sampel semen
dibiarkan selama kurang lebih dua jam untuk mengendap. Pada proses ini
diharapkan spermatozoa Y akan bergerak lebih cepat menembus larutan BSA, karena
memiliki bentuk dan ukuran yang lebih kecil dan kandungan DNA nya lebih sedikit
dibanding spermatozoa X. Selanjutnya semen bagian bawah dan atas diambil dengan
cara memutar kran pada masing-masing bagian dan ditampung dengan menggunakan
tabung sentrifuge. Sentrifuge masing-masing bagian semen pada kecepatan 2.800 –
3.200 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan endapan semen yang bersih,
sedangkan supernatannya dibuang. Endapan semen tersebut selanjutnya diencerkan
kembali dengan menggunakan jenis pengencer awal, kemudian disentrifugasi untuk
mendapatkan endapan semen yang lebih bersih. Hasil sentrifugasi selanjutnya diencerkan
dengan menggunakan pengencer yang mengandung Tris, glukosa, asam sitrat, kuning
telur, dan aquades dengan perbandingan sama 1 : 1.
Tabel: Gambaran Perbedaan Spermatozoa X dan Y
Karakteristik
|
Sperma X
|
Sperma Y
|
Bentuk
|
Lebih bulat
|
Lebih ramping
|
Ukuran
|
3%
lebih gemuk
|
Lebih kurus
|
Gerak
|
Lebih lambat
|
Lebih cepat
|
Umur
|
Lebih
lama
|
±
24 jam
|
Ukuran kromosom
|
Lebih besar
|
Lebih kecil
|
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan
di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Tujuan dilakukan pemisahan
spermatozoa pada ternak adalah memproduksi anak yang mempunyai jenis kelamin
sesuai dengan keinginan peternak.
2.
Metode pemisahan
spermatozoa yang sering digunakan adalah metode kolom albumin dan metode penyaringan
menggunakan kolom Shepadex karena metode ini dianggap paling valid diantara
beberapa metode yang ada (Saili dkk., 1998).
3.
Perbedaan antara
spermatozoa X dan spermatozoa Y adalah kandungan DNA, sensitivitas pH dan
perbedaan morphologi kepala serta motilitas. Perbedaan yang utama adalah
kontribusi dari kromosom seksnya, yaitu spermatozoa X mengandung kromatin lebih
banyak dibandingkan spermatozoa Y.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar